Ilustrasi ( Foto @Ceramah Bersama ) |
Kesalihan Abu Dardak yang merupakan sahabat Nabi Muhammas SAw memang sudah terkenal. Dia selalu menjalankan perintah Agama dengan khusuk. Suatu hari dia mendapatkan mandat dari Rasulullah Muhammad untuk menyebarluaskan Islam di suatu desa. Di sana sudah mulai banyak penduduknya yang menjadi mualaf.
Sesampainya di desa tujuan, Abu Dardak langsung membagikan hartanya. Dia bersedekah kepada seluruh penduduk desa itu. Tugas dakwahnya dilakukan di sela - sela aktivitasnya bersedekah tersebut.
Pada suatu hari, saat Abu Dardak sedang memberikan ceramah di sebuah musala bersama para mualaf dan orang - orang yang mulai tertarik pada Islam. Saat dia sedang memberikan pencerahan tersebut, tiba - tiba dayang seorang pria secara tergesa - gesa. Kemudian pria itu menjelaskan bahwa ada kabar buruk di kampung Abu Dardak.
MUSIBAH KEBAKARAN
Suatu ketika terjadi kebakaran yang sangat luas, sehingga memungkinkan rumah Abu Dardak ikut terbakar. "Hampir sebagian besar rumah di kampung halaman Anda kebakaran. Kemungkinan besar rumah Anda termasuk salah satunya yang terbakar," jelas Pria itu.
Setelah pria itu selesai menyampaikan pesannya, Abu Dardak masih tetap duduk dengan tenang. Bahkan setelah mempersilahkan orang pemberi kabar itu untuk meninggalkan tempat, Abu Dardak malah tetap memberikan ceramah.
Hal ini tentu saja membuat para anggora majelis itu merasa keheranan. Sebab mereka pun dengan jelas mendengar kabar yang disampaikan oleh pembawa berita tadi. Karena heran, salah seorang peserta majelis pun bertanya, "Wahai Sahabat Nabi yang mulia, apakah engkau tidak khawatir dengan rumahmu."
Mendengar pertanyaan itu, Abu Dardak hanya tersenyum, "Untuk apa aku khawatir, bukankah ada Allah yang menentukan segalanya. Kalau memang hari ini rumahku Dia takdirkan untuk hangus terbakar, maka tidak ada yang bisa menghalangi keinginan-Nya," tutur Abu Dardak dengan tenang.
Tak ada yang berani menjawab pertanyaan itu. Karena mereka tahu, perkataan Abu Dardak benar adanya. Dia melanjutkan pengajian di majelis itu tanpa ada rasa khawatir di wajahnya. Namun, di tengah ketenangan itu, Abu Dardak tidak lupa memanjatkan doa, "Ya Allah kalau memang masih Engkau izinkan hamba untuk memiliki harta-Mu itu, maka tetapkanlah rumahku dalam keadaannya semula. Namun jika yang lebih baik bagi-Mu, adalah hilangnya rumah itu, maka kupasrahkan segalanya pada-Mu."
RUMAH UTUH
Setelah merasa misinya menyampaikan ilmu Allah selesai, Abu Dardak pun pulang ke rumahnya. Meski begitu, Abu Dardak berjalan santai, tanpa sedikit pun tergesa - gesa. Di pinggir jalan, banyak orang yang menceritakan tentang musibah tersebut. Namun dia menanggapinya dengan tenang dan mengatakan semua ada di tangan Allah.
Sesampainya di ujung kampung, Abu Dardak melihat sebuah rumah yang berdiri tetap kokoh. Kebetulan posisinya berada di area rumahnya. Ia tidak terburu - buru besar hati. Setelah dekat dengan rumahnya, Abu Dardak baru yakin jika rumah yang atapnya utuh itu adalah rumahnya. Tidak hanya itu, rumahnya pun berdiri tegak, meski ada bekas - bekas gosongan hitam akibat bersentuhan dengan api. Padahal banyak rumah tetangganya sudah ludes terbakar api. Sisa - sisa nyala api kecil masih di kanan kiri rumahnya.
Melihat hal itu, seketika menetes air matanya dalam pelupuk. Dia pun makin yakin dengan kebesaran Allah. "Subhanallah, sungguh besar kuasa-Mu, dan sunggu benar janjiMu bahwa doa hambaMu yang dipanjatkan dengan sungguh - sungguh akan Engkau kabulkan," ujar Abu Dardak dalam linangan air mata tiada henti.
0 comments:
Posting Komentar