Ilustrasi ( Foto @ceramah bersama ) |
Seseorang yang dikenang karena suatu amalan atau karya yang dikerjakannya. terlebih jika hasil karyanya tersebut memberikan manfaat kepada banyak orang. Begitu pula dengan yang dilakukan oleh Siti Zubaidah yang memiliki nama sebenarnya Amatul Aziz, puteri Ja'far bin Abi Ja'far Al Manshur.
Zubaidah yang merupakan istri dari Khalifah Harun Ar Rasyid yang menikah sekitar tahun 165H. Sebagai istri raja, ia dikagumi karena memiliki kelebihan di atas muslimah lainnya pada saat itu. Di kenal sosok yang cerdas, bijak, setiap dan penyayang. Tidak jarang Khalifah Harun Ar Rasyid menerima nasihat dari istrinya, tak terkecuali ketika Harun Al Rasyid meminta pendapat terkait ketatanegaraan.
Kebahagiaan Zubaidah dan Khalifah Harun sempat terusik dengan datangnya hamba sahaya yang cantik dari Kisra. Hamba sahaya itu merupakan hadiah dari Raja Kisra yang diberikan secara langsung kepada Zubaidah.
Hal tersebut sempat membuat hati Zubaidah cemburu. Tapi, dia tetap sabar dalam kecemburuan seorangw anita. Kecemburannya itu lantas dibatasi dengan kesabarannya membimbing para hamba sahaya untuk mengaji Alquran. Dengan begitu, Zubaidah merasakan ketenangan dan kenyamanan hati saat mendengarkan ayat - ayat suci Alquran.
SEDIH ANAK SALING PERANG
Sayangnya, tak lama setelah itu, Khalifah Harun Ar Rasyid wafat. Kursi kekhalifahan langsung digantikan putranya, Al Amin. Namun yang menyedihkan, tampilnya Al Amin ditandai perang saudara dengan Al Ma'mun, adiknya sendiri. Perang itu terjadi karena hasutan dan fitnah dari luar kerjaan.
Duka yang mendalam semakin terasa, tatkala kedua adik-kakak tersebut bertarung hingga terbunuh salah satunya. Hati Zubaidah pun terguncang dan larut dalam kesedihan.
MEMBANGUN SALURAN AIR
Kesedihan Zubaidah akhirnya terobati setelah dia berulang kali melakukan ibadah haji ke Makkah. Dalam sebuah perjalanan hajinya, ia miris melihat para jamaah haji yang kesulitan memperoleh air di Makkah.
Melihat tersebut, Zubaidah bersumpah dengan tulus akan menyerahkan segala harta miliknya untuk proyek pengadaan air bagi penduduk Makkah dan para Jamaah haji. Zubaidah pun berdoa agar niatnya terkabul.
Ketika kembali ke Iraq, Zubaidah mengundang para arsitek untuk mendiskusikan rencananya. Dengan rancangan matang, dikirimlah arsitek dan para pekerja itu ke Makkah atas anggaran pribadi.
Proyek kemanusiaan itu akhirnya terkabul. Maka mengalirlah mata air dari Hunain ke Makkah Al Mukarramah. Begitu juga mata air Nu'am yang dialirkan ke Arafah. Suatu proyek raksasa yang dibangun secara pribadi untuk kemaslahatan umat manusia tanpa mengharap balasan. nama Zubaidah kemudian diabadikan dalam proyek saluran air itu sampai sekarang untuk mengenang jasa dan karyanya.
0 comments:
Posting Komentar