Ilustrasi |
Bersyukurlah kita dijadikan Allah SWT menjadi orang yang hidup dalam berkecukupan harta. Namun, jangan pernah putus asa, apalagi bersu'uzan atau berburuk sangka kepada Allah jika kita diuji dengan kefakiran atau kemiskinan harta. Sebab, bisa jadi itulah pilihan yang disiapkan oleh Allah SWT untuk kita, seperti nasihat dan kekhawatiran Rasulullah untuk Tsa'labah.
Ketika Nabi Saw masih hidup ada sahabat yang bernama Abu Tsa'labah. Ia sangat miskin dan kekurangan. Tapi, istimewanya, dalam kefakirannya itu ia justru sangat rajin mengerjakan shalat berjamaah bersama Nabi Saw serta sahabat lainnya.
DIAJARI MANDIRI
Namun, setiap kali usai shalat berjamaah, Rasulullah rupanya melihat ada yang aneh dengan yang dilakukan sahabatnya itu. Setiap selesai shalat, Tsa'labah pasti buru - buru pulang.
Rasulullah Saw pun memanggilnya dan bertanya : "Wahai Tsa'labah, mengapa aku lihat engkau selalu terburu - buru pulang kerumah. "Tsa'labah pun menjawab : 'Wahai Rasulullah, sebenarnya hamba ini seorang yang sangat miskin, kebetulan hanya inilah saja sehelai kain yang hamba miliki. Itu sebabnya, hamba tidak sempat menunggu lama sebab kain inilah yang dipakai oleh istri hamba yang kini sedang menunggu untuk shalat di rumah'."
Pada suatu hari Tsa'labah merayu Rasulullah Saw supaya bersedia mendoakan dirinya agar Allah ta'ala memberinya harta kekayaan. Mendengar permintaannya itu, Rasulullah Saw menyuruhnya bersyukur dengan apa yang ada. Rasulullah Saw takut Tsa'labah justru lupa diri ketika diberi kekayaan.
Tapi, Tsa'labah terus merajuk, bahkan bersumpah bahwa ia berhak mendapat bantuan. Akhirnya Rasulullah Saw pun berdoa kepada Allah agar Tsa'labah diberi kemewahan. Lantas, Rasulullah Saw memberinya 2 ekor kambing untuk dirawat. Seiring berjalannya waktu, berkembangbiaklah kambingnya yang membuatnya terpaksa berpindah keluar Madinah karena kambing yang dipelihara kian banyak dan kawasan ladang ternak sudah tidak mencukupi.
HUKUMAN YANG TEGAS
Namun, ketika Tsa'labah mengingkari perintah Allah dan rasul-Nya, dengan tidak mau membayar zakat, Rasulullah Saw pun memberikan sanksi yang sangat tegas. Ketika itu saat turun mengenai zakat dan Rasulullah Saw memerintahkan Tsa'labah menunaikan zakatnya, sahabat yang sudah menjadi kaya raya itu justru ingkar.
Mendengar hal itu Rasulullah Saw terlihat marah dan berdoa semoga Tsa'labah mendapat balasan yang seburuk - buruknya atas tingkah lakunya dari Allah SWT. Tsa'labah pun gemetar mengetahui hal itu. Meski ia sudah memohon maaf dan memohon menerima zakatnya, tetapi Rasulullah Saw menolaknya.
BEKAL UNTUK USAHA
Rasulullah Saw pun memberi contoh bagaimana mengatarkan orang miskin menjadi berdaya, yakni dengan memberinya bekal untuk usaha. Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta - minta kepada Rasulullah Saw. lalu, beliau bertanya kepada pengemis tersebut, "Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu ?"
Pengemis itu menjawab, "Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari - hari dan sebuah cangkir." Rasul lalu berkata, "Ambil dan serahkan ke saya !"
Pengemis itu pun pulang mengambil satu - satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, "Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini ?" Seorang sahabat menyahut, "Saya beli dengan satu dirham."
Rasulullah Saw menawarkannya kembali, "Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih ?" Lalu, ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Rasulullah Saw memberi dua dirham itu kepada si pengemis, lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak.
Rasulullah Saw berkata, "Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu." Sambil melepas kepergiannya, Rasulullah Saw pun memberinya uang untuk ongkos.
Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah Saw sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah Saw menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersabda, "Hai ini lebih baik bagi kamu, karena meminta - minta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta - minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar - benar tidak mampunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha," (HR Abu Daud, dari Anas bin Malik).
0 comments:
Posting Komentar