Kisah Abu Nawas : Abu Nawas Memilih Mati |
Rumah Abu Nawas didatangi prajurit kerajaan. Seluruh bagian rumahnya telah digeledah. Namun mereka mereka tidak menemukannya.
Saat suaminya pulang, sang istri memberitahukan jika pasukan raja sedang mencarinya. Kemudian dia menceritakan masalah yang sedang dihadapinya itu. "Ya, Istriku, ini urusan gawat," ujarnya.
Setelah agak tenang, maka berceritalah Abu Nawas kepada istrinya tentang masalah yang dihadapinya. "Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak," lanjut Abu Nawas.
"Apa ?" Tanya istrinya terperanjat.
"Raja aku jual kepada seseorang untuk dijadikan budak," jelasnya.
Mendengar penjelasan Abu Nawas, istrinya menjadi khawatir. Abu Nawas menjelaskan bahwa tujuannya untuk menjual raja hanya agar raja mengetahui penjualan manusia sebagai budak sedang merajalela di negerinya serta agar raja mengetahui seperti apa menderitanya seorang budak.
Setelah lama termenung, Abu Nawas kemudian bertanya pada istrinya. "Menurutmu, apa yang akan dilakukan Sultan kepadaku ?"
Dengan wajah sedih, istrinya mengatakan hukuman berat akan diterima oleh suaminya itu. Kemudian Abu Nawas mulai mencari siasat agar terhindar dari hukuman berat sang raja itu.
MENDADAK MATI
Tidak lama, Abu Nawas masuk kamar. Ia mengambil air wudu dan shalat dua rakaat. Setelah shalat, ia berpesan kepada istrinya, apa yang harus dikatakan bila Baginda datang. Tidak berapa lama kemudian, tetangga Abu Nawas panik karena istri Abu Nawas menjerit - jerit.
Para tetangga segera datang ke rumah Abu Nawas untuk mengetahui penyebab istri Abu Nawas histeris. Saat memasuki kamar Abu Nawas, mereka kegat karena mendapati Abu Nawas terbujur kaku di atas pembaringan.
Seluruh negeri heboh dengan kabar kematian tersebut. Baginda yang juga mengetahui hal itu pun terkejut. Kemarahan dan kegemaran beliau berkurang mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar dan menyenangkan dan menghibur hatinya.
Keesokan harinya, Raja beserta beberapa pengawal beserta seorang tabib istana segera menuju rumah Abu Nawas.
Setelah sampai, baginda disambut oleh istri Abu Nawas yang masih terlihat sangat sedih.
"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku ?" tanya Raja.
"Ada Paduka yang mulia," Jawab Istri Abu Nawas sambil menangis.
"Katakanlah," ujar Raja.
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Raja mengampuni semua kesalahannya dunia-akhirat di depan rakyat," ucap istri Abu Nawas terbata - bata.
"Baiklah, kalau itu permintaan Abu Nawas," Ucap Baginda menyanggupi.
Keesokan harinya untuk memenuhi janjinya, jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda dan dibawa ke tanah lapang. Kemudian Raja mengumpulkan rakyatnya di hadapan jenazah Abu Nawas.
Beliau berkata, "Wahai rakyatku, dengarkanlah. Hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Kalianlah sebagai saksinya," Ucapnya.
Tiba - tiba dari dalam keranda terdengar suara keras," Alhamdulillah...!"
Seketika pengusung jenazah ketakutan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang. Bertabrakan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas segera berjalan ke hadapan Raja. Pakaiannya yang putih - putih membuat Raja juga gemetaran. "Hamba masih hidup, Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan tuanku," Ucap Abu Nawas dengan wajah berseri.
"Jadi kau masih hidup ?" tanya Baginda yang tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"Ya Baginda, segar bugar. Buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang," jawabnya lagi tanpa rasa bersalah.
"Kurang ajar, ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas ?"
"Ilmu dari maha guru sufi, guru hamba yang sudah meninggal dunia ..."
"Ajarkan ilmu itu kepadaku..."
"Tidak mungkin, Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri," jawab Abu Nawas sambil senyum - senyum sendiri. Akhirnya Baginda berserta rombongannya pasrah meninggalkan tanah lapang dengan membawa rasa penasaran yang belum terjawab.
0 comments:
Posting Komentar