Ilustrasi Mualaf ( Foto @Ceramah Bersama ) |
Perkenalkan nama saya adalah Sisian Indraswari, lahir di Kota Solo pada tanggal 15 September 1981. Ayah berasal dari Semarang dan beragama Non-Muslim. Akan tetapi ketika menikahi ibu saya Ayah saya beragama Islam, ia menjadi mualaf. Saya pun ketika masih kecil sempat memeluk Islam.
Akan tetapi, ketika menginjak masuk sekolah dasar, ayah mengajak kami pindah ke Semarang. Ibu pun menurut. Namun, di Kota Lumpia tersebut rupanya Ayah saya kembali ke Agama awalnya, Non-Muslim. Sementara itu Ibusa saya tetap memeluk Islam. Saya merasakan ketidaknyamanan mengingat dalam satu keluarga ada dua Agama yang berbeda.
Semenjak tinggal di Semarang, saya diarahkan ayah untuk memeluk Agama yang dipeluk ayah saya. dengan menyekolahkan saya di sekolah yang menganut kepercayaan tinggi agama Ayah saya. Akan tetapi kala libur tahunan sekolah tiba, saya berlibur ke Solo, ke rumah nenek. Anehnya, di sana saya diikutkan oleh nenek ke pesantren kilat. Dalam usia kecil itu saya sudah mengalami kebingungan tentang Agama.
KEHAMPAAN DI TEMPAT IBADAH
Lulus SD, Saya disekolahkan di SMP yang juga menjunjung tinggi Agama yang dipeluk oleh Ayah saya. Di sana saya mulai aktif dalam kegiatan keagamaan sampai dengan berlanjut di SMA. Saat itu aku semakin hari semakin mantap jika inilah Agama kebenaran. Saya kemudian bertekad untuk mendalami kitab - kitab Agama yang saya peluk dengan Ayah saya selama 1 tahun di kuliah.
Setelah lulus pun saya berniat meneruskan untuk mengambil jurusan Missionaries. Akantetapi rupanya orag tua tidak setuju. Meski kecewa, saya tetap kuliah mengambil jurusan administrasi niaga di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Pada tanggal 25 Oktober 2006 (bertepatan Hari Raya Idul Fitri), saya bermimpi melakukan shalat. Ketika terbangun, saya begitu takut sekali. Saya langsung berdoa kepada Tuhan dalam Agama yang saya peluk. Karena saya merasa berdoa sudah bermimpi shalat.
Tetapi, saat itu saya mulai berpikir, mengapa harus mimpi shalat ? Bukan mimpi ke Pura, Vihara, Klenteng atau ke tempat - tempat ibadah lainnya ? Karena bingung, kemudian saya tidak menggubris mimpi itu lagi. Akan tetapi, semakin saya hiraukan mimpi itu, semakin saya dikejar - kejar dan menjadi ketakutan.
Sekitar bulan Juli 2008 saya membaca buku tentang kisah mualaf Dewi Purwati. Saya membaca dengan hati yang panas, marah dan jengkel. Karena dulunya Dewi merupakan seorang Non-Muslim yang militant, tetapi kok bisa menjadi seorang Muslih Ah, sesungguhnya saya juga penasaran apa yang membuat ia akhirnya memeluk Islam.
RAGUKAN KITAB AGAMA SAYA
Pada tanggal 5 Oktober 2008, saya menemui Dewi untuk debat Agama. Dalam pertemuan itu ia membeberkan ayat - ayat di Kitab yang saya peluk yang bertentangan. Ia menjelaskan bahwa di Kitab yang saya peluk dan percaya itu tidak ada ayah yang menyuruh umatnya untuk beragama yang saya peluk, tidak ada ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan yang selama ini saya percaya sebagai Tuhan saya itu lahir pada 25 Desember dan sebagainya. Keterangan memang benad dan membuat saya tercengang.
Setelah pulang, saya mulai membaca Kitab Agama yang saya peluk dari sore hari sampai dengan keesokan harinya. Saya berpikir bahwa kitab yang saya baca tersebut sudah tidak ada hebatnya lagi. Banyak hal - hal yang janggal.
Saya pun kemudian semakin mantap untuk menjadi Muslimah Sejati. Hingga akhirnya pada tanggal 17 Oktober 2008, saya berikrar mengucap Syahadat di Masjid Istiqlal Sumber Solo, dengan didamping oleh Ibu Dewi.
Usai mengucap Syahadat, saya hanya bisa menangis tanpa bisa mengucapkan kata - kata. Hati saya pun tiba - tiba tenang dan nyaman sekali. Alhamdulillah, saat ini saya masih rajin mempelajari Islam. Saya semakin bersyukur karena selanjutnya ayah dan adik saya kembali memeluk Islam sehingga kini dalam keluarga kami hanya ada satu Agama, yakni Agama Islam.
0 comments:
Posting Komentar