Ilustrasi ( Foto @U-Report ) |
Menunaikan ibadah haji memang memerlukan fisik dan mental yang prima. Kondisi cuaca yang terbilang ekstrem, kerap membuat jamaah haji mudah sekali sakit. Namun, dibalik itu semua, rupanya ada yang lebih penting untuk diperhatikan jamaah haji yakni bagaimana menata sikap dan perbuatan.
Pengalaman batin itulah yang dirasakan Hj Trisna Ningsih (45) saat di Tanah Suci. Muslimah asal Bekasi ini berbgi kisahnya mengenai kisah keajaiban haji yang kini membuatnya lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Ia menceritakan bahwa haji yang paling berkesan saat itu ketika bersama dengan nenek dan adiknya di tahun 1993 silam. Bagi Trisna, entah itu pertama kali atau berulangkali, ketika menginjakkan kaki di Baitullah, hanya rasa haru, rindu dan takjub akan kebesaran Allah senantiasa menyelimuti dirinya.
"Benar - benar rasanya dekat sekali dengan Allah SWT. Selalu saja menangis ketika di depan Kakbah," tutur Dosen Universitas Mathla'ul Anwar ini.
DITEGUR ALLAH
Masih jelas di memori Trisna pengalaman yang dianggapnya sebagai teguran dari Allah. sambil mengingat, ibu tiga anak ini menuturkan jika kala itu dirinya sedang melakukan proses rangkaian melempar jumrah. Kepadatan pun tak begitu membuat Trisna merasa kesulitan. Namun, tanpa disangka -s angka, tepat saat Trisna melempar jumrah, ia kaget bukan kepala "Klotak" batu lemparannya mengenai kepala jamaah lain yang berada di depannya.
Sejurus kemudian, Trisna memilih bersembunyi dari pandangan jamaah itu. ia kembali melempar jumrah tanpa merasa bersalah.
"Klotak, klotak, aduh astagfirullah, siapa ya ?" tanya Trisna kepada Jamaah di sebelahnya sambil memegangi kepalanya.
Rupanya Trisna terkena lemparan batu dari jamaah lain. Dari kejadian tersebut barulah Trisna menyadari jika itu adalah balasan dari Allah.
"Saya memang ditegur Allah dengan dibalas lemparan pula," imbuhnya.
Dari pengalamannya menunaikan ibadah haji, Trisna menyimpulkan bahwa haji dituntut untuk selalu bersabar.
Lagi - lagi Trisna kembali merasa mendapatkan teguran dari Allah. Saat itu dirinya hendak ke kamar mandi. Namun, saat melihat antreian yang panjang, Trisna langsung saja nyelonong tanpa antre terlebih dahulu. Sayang, begitu sudah di dalam kamar mandi, airnya tak setetes pun keluar. Menunggu beberapa lama, Trisna kembali menyadari jika dirinya telah mendapat teguran akibat mengambil hak orang lain, meskipun itu hanya karena menyelonong tanpa mengantri.
Bahkan, Trisna juga melihat teman satu rombongannya sendiri yang mendapat teguran dari Allah, akibat takabur. Setiap usai shalat, satu rombongan berjanji untuk menunggu yang lain dengan harapan tidak ada yang terpisah, bahkan tersesat. Tapi, ada satu teman yang menurut Trisna itu malah takabur.
Tanpa disangka, temannya itu ternyata tersesat, tidak bisa kembali ke penginapan. Mulai dari Duhur hingga Isya, entah karena sudah menyadari kesalahannya yang takabur, akhirnya bisa kembali ke penginapan.
"Jadi, dia itu ngaku kalau hanya muter - muter saja sampai kecapakan. Hingga akhirnya di istigfar dan langsung sadar kalau sudah takabur," kenang Trisna.
Tak berhenti di situ saja, suatu ketika, seorang teman Trisna memakai sandal yang bukan sandalnya sendiri. Kebetulan saat itu memang ia sudah kehilangan sandal. Namun, tanpa berpikir sandal siapakah yang akan digunakan, sang teman itu langsung mengambil saja sandal yang ada. Ajaibnya, hanya baru satu langkah saja, si pemakai sandal itu langsung merasa kesakitan pada kakinya.
"Ya, karena kesakitan, dikembalikanlah sandal yang memang bukan miliknya itu," ujar Trisna.
Satu lagi kejadian yang dirasa aneh kembali terjadi. Saat wukuf, sang teman Trisna telah menertawakan penumpang yang duduk di atas bis.
"Jadi, teman saya itu tertawa, kata dia, penumpangnya mirip kambing yang naik mobil," ucap Trisna.
Anehnya, sejak menertawakan penumpang itu, teman Trisna sepanjang proses haji merasa seperti mencium bau kambing.
DOA TERKABUL
Setelah beberapa kejadian yang dialami, Trisna mengaku bahwa setiap perilaku umat ketika menjalankan ibadah haji pastilah ada balasan dari Allah.
"Kita memang tidak boleh sombong, harus sabar. Perkataan dan perbuatan harus benar - benar dijaga, " tambahnya.
Di balik teguran dari Allah kepada Trisna, terselip kemudahan tiada tara. Mulai dari mudahnya transportasi, nikmatnya penginapan, dan kenyamanan ibadah. Kemudahan dalam mencium Hajar Aswad juga dirasakan Trisna.
"Padahal jika melihat situasi kala itu, rasanya sangat sulit sekali untuk menciumnya," terangnya.
Lebih dari itu, keinginan mempunyai seorang putra yang selama ini di idamkan akhirnya terkabul usai berdoa di depan Kakbah.
"Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa saya dengan memberikan putra. Saya selalu berdaoa di depan Kakbah, kalau ingin sekali dikaruniai anak laki - laki," ucap Trisna mengingat.
Kini, usai menunaikan ibadah Haji, Trisna lebih merasa bisa mensyukuri setiap keadaan. "Saya berharap ada perubahan total. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi," harap dia.
Tak lupa, Trisna juga berpesan kepada jamaah, agar benar - benar menjaga fisik. Pasalnya, fisik sangat diperlukan dengan melihat cuaca juga. Lebih dari itu, kesabaran dan keikhlasan harus diperkuat lagi.
"Semuanya serba antri, semua di tuntut untuk ikhlas dan sabar," saran Trisna.
0 comments:
Posting Komentar