Ilustrasi ( Foto @Ceramah Bersama ) |
Panggil saja aku James. Setelah lulus dari SMA Internasional, ayah mengirimku ke Australia untuk melanjutkan kuliah di UNSQ. Setelah beberapa bulan menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di negara Kanguru, aku banyak bertemu dengan teman - teman dari belahan bumi lainnya yang sama - sama sebagai penganut atheis, bahkan aku relatif mengikuti perkumpulannya.
Saat itu aku mengikuti ajaran Atheis, karena aku merasa mereka sefaham denganku dan mereka juga banyak mengajarkanku kesalehan sosial yang tidak aku ketahui. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan sangatlah konkrit, mulai mengadakan bakti sosial sebagaimana di Indonesia, sampai dengan memperjuangkan hak - hak orang - orang tertindas. Perlu diakui rasa kemanusiaan dan solidaritas mereka sangat tinggi, lebih dari itu mereka tidak ilfeel terhadap pemeluk Agama.
Dalam hatiku yang paling dalam, sesungguhnya aku masih meragukan apa yang menjadi alasan mayoritas orang beragama, padahal banyak kehancuran yang disebabkan oleh ajaran yang berbeda di dalamnya. Pertanyaan - pertanyaan tersebut selalu menyelimuti fikiranku selama ini. Yaitu apakah benar beragama itu seperti yang aku sangkakan selama ini. Sampai akhirnya, aku mengalami hal yang tidak akan terlupakan seumur hidupku sekaligus meruntuhkan keyakinanku selama ini.
MENGENAL ISLAM
Saat menghadiri pertemuan dengan mahasiswa Indonesia, kebetulan aku menumpang mobil teman. Dalam perjalanan tersebut, aku banyak berdialog dengan teman - teman yang kebetulan mayoritas muslim. Sampai akhirnya aku mulai mengenal sedikit tentang Islam dari perbincangan yang kami lakukan. Bahkan kami sempat berdoa bersama untuk keselamatan bersama.
Tanpa tahu sebabnya mobil yang kami tumpangi menabrak trotoar hingga terjun ke jurang di sebelah kiri. Aku tidak mengetahui jelas apa yang terjadi. Saat aku sadar, baru kuketahui bahwa kakiku telah hilang. Meskipun begitu, aku bersyukur karena kami semua masih diberi keselamatan.
Setelah semua yang aku alami, membuatku semakin akrab dengan para mahasiswa Indonesia, khususnya Najwa, seorang muslimah cantik dan pintar. Sampai akhirnya dari persahabatan itu aku mulai menemukan agama dan keyakinan yang selama ini aku cari. Walaupun aku harus dijauhi teman - temanku karena tak senang dengan perubahanku.
Saat liburan semester, Najwa mengajakku pulang ke Indonesia, sekalian untuk memantapkan Agama yang baru aku peluk, aku disarankan untuk menemui seorang ustad.
Aku pun diruqyah dan dituntun membaca dua kalimat Syahadat, maka resmilah sekarang aku menjadi mualaf. Aku bersyukur telah diberi hidayah oleh Allah SWT melalui perantara Najwa dan juga Ustad yang akui temui di Indonesia yang mau membimbing aku untuk menjadi Muslim.
Alhamdulillah, kini aku benar - benar sudah menemukan agama yang benar - benar aku yakini kebenarannya yaitu Agama Islam.
0 comments:
Posting Komentar