Ilustrasi |
Kepanikan tak terbendung tampak pada wajah jamaah shalat Jumat di masjid El Shitarda, Tahunan, Karangduwet, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Waktu itu para jamaah baru saja menunaikan shalat Jumat, tepatnya pada 20 Februari 2015 yang lalu. Kenipikan di picu oleh keluhan sakit mendadak yang dialami Kapolsek Paliyan, AKP Parjan. Sontak para jamaah dan anggota polisi yang ikut shalat Jumat melarikan AKP Parjan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari. Tapi diluar harapan, AKP Parjan tak tertolong. Ia menghembuskan napas terakhirnya.
Seperti dituturkan Ipda Ngadino, Kasubag Humas Polres Gunungkidul, AKP Parjan diduga mengalami serangan jantung.
"Berdasarkan laporan anggota, AKP Parjan sebelumnya tidak menunjukkan tanda - tanda saklit. Baru saat shalat Jumat, mendadak mengalami lemas dan mengeluh sesak napas. lalu dilarikan ke RSUD Wonosari untuk mendapatkan perawatan medis, namun nyawanya tidak tertolong," tuturnya.
Ketika tiba di rumah sakit, AKP Parjan sudah dinyatakan wafat. Keesokan harinya, sebelum mendapat penghormatan terakhir dari jajaran Kepolisian Gunung Kidul, almarhum AKP Parjan dikebumikan. Ia dikebumikan di Pemakaman Plalangan, Sladi, Umbulrejo, Punjong, Gunung Kidul. Kabar duka itu cukup membuat sedih yang mendalam di kalangan Kepolisian Gunung Kidul. Selama bertugas di Polri, Almarhum Parjan dinilai memiliki prestasi yang baik di mata pimpinan dan anak buahnya.
DIKENAL RENDAH HATI
Di mata Kapolres Gunung kidul, AKBP Hariyanto SIK< almarhum adalah salah satu sosok kebanggan jajaran kepolisian Gunung Kidul.
"Kita benar - benar merasa kehilangan dengan kepergian beliau yang begitu mendadak. Beliau sosok yang begitu mendadak. Beliau sosok yang rendah hati dan ujung tombang yang handal bagi jajaran Polres Gunung Kidul," tegasnya.
Selama bertugas di Polres Gunung Kidul, almarhum AKP Parjan pernah menjabat Kapolsek Nglipar, kemudian kapolsek Tepus, dan terakhir Kapolsek Paliyan.
Kerendahan hati yang dimiliki almarhum tidak hanya diakui oleh pimpinan, keponakan AKP Parjan, Nugroho Catur juga menegaskan hal yang serupa.
"Selama bertugas di kepolisian, almarhum selalu bersikap rendah hati dan tidak pernah menonjolkan jabatan meski di pundaknya tersemat pangkat Ajun Komisaris Polisi dan menjabat Kapolsek," ungkapnya dengan perasaan penuh kenang.
Jabatan dan statusnya sebagai seorang polisi tak membuat almarhum AKP menjadi sombong. Bagi bawahannya pun, almarhum dikenal sebagai ramah selain rendah hati. Kapolres Gunung Kidul, AKBP Hariyanto SIK mengaku pernah mendapat cerita dari beberapa anggota polisi yang pernah menjadi bawahan almarhum AKP Parjan. Keramahannya itu diakui oleh beberapa anggota Polsek Paliyan.
"Kapolsek yang terkenal ramah ini meninggal dunia sebelum sempat mendapatkan perawatan medis," tuturnya.
AYAH YANG SABAR
Sejak mengenal AKP Parjan, Kapolres Gunung Kidul itu juga menceritakan, almarhum adalah sosok perwira yang pendiam, sabar dan ramah.
"Kita jajaran kepolisian benar - benar terkesan dengan sikap almarhum selama hidupnya," ungkapnya.
Ia berharap, semoga almarhum mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya. Beliau sosok yang patut menjadi teladan anak buah serta bertakwa kepada Allah SWT. Semoga meninggal saat shalat Jumat ini husnul khatimah," pungkas Hariyanto.
Almarhum AKP Parjan wafat dengan meninggalkan seorang istri bernama Wanasmi dan dua orang putri. Kedua putrinya sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Bagi Istrinya, almarhum adalah sosok yang penyabar. Ia jarang mendapati suaminya marah.
"Almarhum memang pendiam, tapi orangnya penyabar. Mendapati keadaan apapun di keluarga, selalu sabar," ungkapnya.
Wanasmi membenarkan pernyataan AKBP Hariyanto SIK bahwa suaminya sosok yang sabar dan pendiam. Dalam hal menjaga shalat lima waktu, almarhum tergolong orang yang taat. Demikian ditegaskan Wanasmi, keluarganya sama sekali tidak pernah menduga AKP Parjan akan pergi untuk selamanya secara mendadak.
"Saya merasa shock mendapat kabar suami saya meninggal," ungkap Wanasmi.
Ia mengaku tidak merasa mendapat firasat apapun atas kepergian suaminya yang mendadak.
Wanasmi berharap suaminya meninggal dengan membawa keimanan dan husnul khatimah.
Bagi Septi, ayahnya merupakan figur yang sangat ia taati.
"Ayah itu sosok yang sangat saya kagumi, sabar meski orangnya pendiam," tuturnya.
Di mata Septi, selain sabar, ayahnya sangat perhatian. "Saya merasa kehilangan sosok ayah yang saya hormati," ungkapnya dengan tatap mata yang tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Keluarga besar almarhum AKP Parjan dan jajaran kepolisian Gunung Kidul benar - benar memperlihatkan rona wajah kehilangan yang mendalam. Mari kita doakan, semoga almarhum mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah SWT.
Semoga Kisah teladan dan kehidupan seorang yang baik ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semuanya. dan semoga kita semua selalu mendapatkan akhir yang terbaik (husnul khatimah).
0 comments:
Posting Komentar