Ilustrasi Salat Khusyuk ( Foto @u-report ) |
Dikatakan oleh Ustad Abu Sangkan, tidak memungkiri selama ini salat dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan bagi pelakunya, karena kebanyakan dari umat Islam tidak mengetahui dan merasakan ketinggian nilai spiritual yang ada di dalamnya.
Sering kali terbesit di dalam perasaan manusia dimana salat terasa menjemukan, tidak membuat hati lebih enak di saat membutuhkan pertolongan Allah SWT, atau salat sudah tidak lagi memiliki greget yang mampu mempengaruhi mental bagi pelakunya.
UBAH DOKTRIN
Semua kegelisahan tersebut, dikatakan Abu Sangkan, tercipta karena sejak kecil umat Islam tidak diajarkan bagaimana merasih rasa khusyuk. Saat kecil hanya disuruh menghafal bacaan salat dan gerakan - gerakannya saja, bahkan tidak sedikit guru di sekolah.
"Doktrin semacam itu harus diubah, tetapi mengubah doktrin yang sudah menjadi budaya masyarakat memang tidak mudah. Saya sering mendapatkan kesulitan untuk meyakinkan mereka bahwa salat khusyuk itu mudah. Tetapi masyarakat terlanjur menilai salat sebagai sebuah perintah, sebuah kewajiban yang tidak terelakkan," ucap Sabu Sangkan
Akibat doktrin yang keliru tiu, salat tidak menjadi sebuah kebutuhan (aksioma) untuk pribadinya, apalagi untuk meraih rasa khusyuk. Jika hal itu berlangsung terus - menerus, maka kejemuhan dan kebosanan akan menghampiri.
Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman, "Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang - orang yang khusyuk" (WS Al Baqarah 2 : 45).
Ustad Abu Sangkan yang juga merupakan sarjana filsafat di UIN Jakarta ini menambahkan, Syariat Salat saat ini terlanjut menjadi bagian aktivitas yang menjemukan dan membebani sehingga seseorang akan merasa lega dan terbebas dari beban itu setelah mengucapkan salam di akhir salat.
Padahal jika mencontoh cara salat Rasulullah Saw, salat merupakan kenikmatan yang luar biasa. Nabi bersabda bahwa salat sebagai tempat istirahatnya jiwa dan tubuh," Wahai Bilal, jadikanlah salat sebagai istirahatmu".
Bahkan dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw mengatakan bahwa salatnya orang yang merasa terbebani hanya akan mendapatkan rasa capek dan lelah. "Berapa banyak orang yang salat namun hanya mendapatkan rasa capek dan lelah," (HR Abu Daud).
AKTIFKAN OTAK KANAN
Agar salat tak menjadi menjemukan dan membosankan, Ustad Abu Sangkan memberikan saran agar dalam melakukan salat jangan selalu menggunakan tata aturan otak kiri (hukum - hukum fiqih) yang kenyataannya adalah menghasilkan ketidaknyamanan dan rasa jenuh. Perasaan terpisah karena harus memenuhi logika hukum, sementara aktivitas otak kanan dibiarkan liar oleh karena telah berprinsip. "Agar khusyuk, otak kiri dan kanan harus selaras," katanya.
Padahal Rasulullah telah memperingatkan, bahwa di dalam salat, kesadaran spiritual (otak kanan) harus diaktifkan, yaitu merasakan kehadiran Allah dihadapan kita (ihsan). Hasilnya tentu akan sangat berbeda kalau dibandingkan dengan ibadah yang dilakukan hanya memenuhi syarat rukunnya saja.
Pengguna otak kanan akan memahami dengan emosinya, bagaimana Allah hadir menyambut dan memberikan jawaban - jawaban atas permohonannya, serta mampu merasakan rahmat dan ketenangan yang mengalir secara langsung ke dalam hatinya.
Keadaan ini tidak akan bisa diterima oleh perhitungan logika, karena logika tidak memiliki alat ukur untuk menangkap sisi ini. Otak kanan bersifat intuitif seperti naluri berbisnis, naluri memimpin, naluri bertempur dan sebagainya.
"Jadi, jika selama ini Anda merasa tidak yakin bisa menjalankan salat secara khusyuk, kini saatnya untuk berupaya melakukannya. Jika telah berhasil melakukannya, bersiaplah untuk memetik manfaatnya."
0 comments:
Posting Komentar