Ilustrasi |
Petang itu begitu cerah, seolah matahari yang bersinar di gurun tak berujung itu menyilaukan orang - orang. Pada siang hari, cuaca tentu saja lebih panas dan bahkan lebih cerah daripada malam. Setelah melakukan perjalanan panjang selama tiga bulan, akhirnya rombongan Nabi Muhammad sampai di Kota Busra.
Kebetulan saat rombongan sampai di sana, Kota Busra sedang ada perayaan besar. Para musyafir pun segera menggelar barang dagangan mereka di permadani, sementara Nabi Muhammad hanya duduk di bawah pohon zaitun.
Saat duduk di bawah pohon zaitun, Nabi Muhammad melihat sekeliling dengan cermat. Bertahun - tahun yang lalu ia datang ke tempat itu bersama pamannya. Di sana ia bertemu rahib Bahira. ternyata, biara kecil itu masih ada. Pandangannya tak lepas dari salah satu sudut biara. Ada seorang rahib yang sedang mengamatinya.
"Apakah ia Rahib Bahira ?" tanyanya dalam hati. waktu sudah lama berlalu, saat ini pasti Bahira sudah meninggal.
Nastura, itulah nama rahib yang ada di balik Jendela dan sedang mengamati Muhammad. Nastura sengaja mengamati Muhammad dengan seksama. Ia merasa sangat mengenal pemuda nan rupawan itu. Karena penasaran, rahib itu pun turun dari biara dan menghampiri Maisarah (Budak Khadijah) dan bertanya, "Kau tahu siapa orang yang duduk di bawah pohon itu ?" Maisarah menjawab, "Ia orang Makkah. Kenapa kau bertanya ?".
Nastura takjub dan menjawab, "Orang yang duduk di bawah pohon itu adalah seorang Nabi !" Kali ini Maisarah yang terkejut. Natsura mengulanginya sekali lagi. "Dia adalah seorang Nabi dan ia adalah Nabi terakhir !"
DAGANGAN LARIS
Maisarah sangat gembira mengetahui rahasia besar itu. ia sudah menduganya, ada kebaikan dalam setiap gerak - gerik laki - laki yang bersahaja ini. Kegembiraan Maisarah membuat tubuhnya pun gemetar. Sungguh luar biasa berada sangat dekat dengan orang yang begitu penting. Entah kejadian Aneh apa yang akan ia lihat dalam perjalanan selanjutnya.
Dirasa cukup beristirahat di Kota Bursa, Nabi Muhammad dan rombongan melanjutkan perjalanan. Mereka melakukan perjalanan siang dan malam. Akhirnya, mereka pun sampai di Syam. Untuk pertama kalinya, Maisarah melakukan perjalanan panjang dengan sangat nyaman dan ia tidak merasa lelah. Maisarah selalu memperhatikan serta mengagumi setiap gerak - gerik laku Nabi Muhammad. Baginya, Muhammad adalah pemuda yang luasa biasa, penuh keelokan. Maisarah selalu menemani kemanapun Muhammad pergi.
Sesampainya di Syam, Muhammad langsung menggelar barang dagangan Khadjiah dan menjualnya. Dalam sekejab, barang dagangannya habis terjual. Muhammad pun mendapatkan cukup banyak uang dari hasil jualannya. Teman - teman seperjalanannya terkejut, mereka takjun melihat kelihaian Nabi Muhammad dalam berdagang. Padahal ia baru pertama kali melakukannya. Setelah segala urusan usai, Nabi Muhammad dan rombongan kembali memuati unta - unta dengan sisa barang dagangan dan siap kembali pulang.
ANTI PANAS
Kalau itu, cuaca sangat panas di gurun pasir. Setiap perjalanan, Maisarah sering melihat kearah matahari. Ia sudah terbiasa dengan suhu panas seperti itu. Tapi, ia merasa kasihan dengan Nabi Muhammad. Ia tidak ingin kulit Nabi Muhammad terbakar, bagaimana pun juga ia yakin Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir dikirim oleh Allah SWT. Memang, tidak ada satu pun orang yang tahu. Tapi, Allah selalu melindunginya.
Di tengah gurun yang kosong serta sunyi, rombongan musafir mulai terlihat berjalan dengan susah payah. Mereka mulai tampak letih di bawah terik matahari yang menyengat. Tapi, Subhanallah !! Suatu mukjizat telah terjadi di saat seperti itu. Awan - awan berkumpul menjadi satu di langit. Awan itu, memayungi Nabi Muhammad beserta rombongannya. Maisarah begitu takjub melihatnya. Ditatapnya secara bergantian antara Nabi Muhammad dan awan yang memayunginya. Seolah, para awan itu memang diperintah untuk melindungi Nabi Muhammad dan rombongannya agar lebih kuat untuk menyelesaikan perjalanan.
0 comments:
Posting Komentar