Ilustrasi |
Nampak beberapa bekas luka goresan pada tubuh Teguh (bukan nama sebenarnya). Terutama pada bagian tangan. Terlihat bekas luka itu lama seperti luka goresan benda tumpul. Setelah bercerita ternyata itu adalah bekas luka yang dibuat oleh mantan istrinya.
"Ini bekas luka yang dulu digores sama mantan istri saya. Kami bertengkar lalu dia membawa gunting dan digores ke tengan saya," katanya.
Sambil duduk menunggu seseorang, Teguh kembali bercerita mengenai rumah tangganya yang sudah selesai dengan mantan istrinya. Tidak semua yang diceritakan, tapi semua hal yang dialaminya karena sang mantan istri adalah tipe perempuan pencemburu. Bahkan rasa cemburuannya ini membuatnya menjadi perempuan yang posesif.
"Ketika awal menikah dulu dia tidak terlalu cemburuan. Tapi lama-lama kelihatan, saya kan memang kerjanya sering berpindah kantor. Nah kantor yang terakhir ini agak jauh dari rumah, pulangnya sering malam. Dia sudah mulau curiga." ceritanya.
Sambil menikmati segelas minuman yang sudah dipesannya, Teguh masih ingat bahwa ia dituduh mempunyai perempuan di tempat kerjanya. Hampir setiap hari ia dan istrinya bertengkar karena istrinya menuduh dia dengan perempuan lain. Padahal ia memang sedang bekerja dan kantor barunya agak jauh dari tempat tinggalnya.
SERING BERTENGKAR
Sebenarnya keduanya bukan warga Sidoarjo, namun setelah menikah mereka tinggal di Sidoarjo. Karena Teguh dipindah ke kantor cabang Sidoarjo. Keduanya tinggal bersama saudaranya dan keponakan yang ada di Sidoarjo. Sehari-hari tidak ada masalah, tapi semenjak Teguh dipindah ke wilayah Surabaya, mantan istrinya sering marah.
"Kalau saya pulangnya malam itu dia langsung marah. Dikira saya main dulu setelah pulang kerja. padahal saya langsung pulang dan memang banyak pekerjaan. Tapi dia tidak mau dengar dan tetap menyalahkan saya," keluhnya.
Pernikahan yang berlangsung selama 10 tahun ini akhirnya harus kandas karena Teguh merasa capek dituduh setiap hari. Pertengkaran juga terjadi setiap hari. Sampai pada puncaknya pertengkaran hebat dan sang istri membawa gunting kemudian digoreskan ke tangan Teguh.
"Puncaknya ya kita bertengkar lalu dia bawa gunting dan digoreskan ke tangan saya. Lalu baju-baju saya juga digunting sama dia. Saya kan merasa sudah sangat tidak dihargai. Saya tanya ke keluarga besar dan meminta pendapat sebelum saya memutuskan untuk berpisah dengan dia," tuturnya.
PROSES PERCERAIAN
Setelah meminta pendapat dari keluarga, akhirnya Teguh mengajukan surat perceraian ke Pengadilan Agama Kabupaten Mojokerto. Istrinya berasal dari Kabupaten Mojokerto, makanya ia juga mengajukan surat cerai ke Pengadilan Agama Mojokerto.
Proses perceraian yang dilewati juga tidak mulus karena pihak perempuan masih ingin mempertahankan. Banyak syarat yang diajukan kepada pihak laki-laki jika ingin menceraikan pihak perempuan. Mulai dari harta gono-gini sampai dengan syarat untuk tetap menafkahi sampai mantan istri menikah lagi.
"Syaratnya banyak banget waktu proses persidangan itu. Banyak yang diminta, mulai dari semua barang-barang yang kita beli bersama itu diminta semua. Lalu minta tetap dinafkahi selama ia menjadi janda sampai dia menikah lagi. Waktu itu dia minta untuk dinafkahi empat juta perbulan. Lalu saya minta keringanan dan menafkahi satu juta perbulan," ujarnya.
Selanjutnya persidangan demi persidangan dijalani oleh Teguh. Bahkan ia juga harus menghadirkan beberapa saksi yang mengetahui secara langsung pertengkaran yang terjadi diantara mereka. terkesan seperti mengulur waktu untuk perceraian. Mencari alasan untuk mengulur waktu perceraian. "Sidang sampai berkali-kali. Seingat saya sampai 1 tahun proses perceraian itu. Baru saya dapat akta cerai dan dinyatakan bercerai dengan istri," ujarnya dengan nada lepas.
Kini Teguh dan mantan istrinya memiliki kehidupan masing-masing. Ia juga berharap semoga kehidupannya menjadi lebih baik dan bisa mendapatkan jodoh yang terbaik.
0 comments:
Posting Komentar