Alm. Gus Dur |
Saya bermimpi bertemu dengan lelaki yang dielu-elukan kaum Nahdiyyin itu. ia terlihat segar. Bugar fisiknya, bugar pula penglihatannya. Dalam bunga tidur itu, ia tengah asyik mengajarkan para pemuda yang tengah meriunginya. Dan saya ada di dalamnya. Dan kemudian saya terjaga. Ah, hanya alam yang maya. Tapi, entah kenapa, saya merasa bungah bisa bermuwajahah dengannya meski dalam dimensi yang berbeda. Meski ini untuk mimpi yang kesekian kalinya.
Siapa yang bisa menyangkal jika alm. KH. Abdurrahman Wajid a.k.a Gus Dur ini memang begitu memesona, baik secara intelektual maupun spiritual. Pengikutnya bejibun. Pengagumnya melintas batas. Bahkan di luar Tanah Air ini, hal-ihwal tentang Gus Dur masih begitu lekat dan memikat. Dan keterpukauan saya terhadapnya hanyalah noktah kecil dalam lautan kekaguman yang luarbiasa itu.
Maka, sebagaimana lazimnya yang lain, saya pun acapkali larut juga dalam kebesaran auranya; membaca biografinya, menjelajahi karya-karya intelektualnya, mengamati jejak-jejak kulturalnya dan belajar menitip jalan yang sudah ditempuhnya.
Tentu saja, saya tidak ingin meleleh karenanya, hingga menjadi fanatik-buta dan ujung-ujungnya melihat tokoh (pemimpin) Islam Indonesia yang lain tidak berharga dan diperhitungkan. Tidak, Saudaraku, dan nau'dzubillah min dzalik. Sebab, bila itu yang terjadi justru mengkhianati spiritnya yang luhur: berprasangka baik dan bersikap moderat. Lebih dari itu, bukankah setiap pesona punya poin plus-minus, dan begitu pula Gus Dur?
Saat kolom sederhana ini ditulis, selebrasi 1000 hari wafatnya mantan presiden RI yang piawai humor itu tengah berlangsung. Dan saya hanya berharap jiwa-jiwa yang baik, jiwa-jiwa yang Allah karuniakan kepadanya potensi memimpin umat seperti Gus Dur, menekuni jalan yang sama: tidak butuh pencitaan, mengayomi, menyukai perbedaan, visioner, dan segenap laku shaleh lainnya.
Lalu, bagaimana dengan saya (atau Anda) yang awam, yang barangkali Allah tidak limpahkan talenta memimpin? Tidak perlu jauh-jauh, dengarkan saja dengan lirih syair tanpo waton Gus Dur yang masyhur selepas beliau wafat itu. Kemudian telaah dan resapi. Di dalamnya, Gus Dur bukan hanya mendendangkan istighfar kepada Ilahi, tapi juga bershalawat kepada Sang Nabi dan segenap seruan berlaku baik dalam hidup, ajakan menerapkan sikap keshalehan sejati dalam beragama. Tengok saja, misalnya, senarai liriknya berikut ini:
Duh bolo konco priyo wanito .....
(Wahai kawan pria dan wanita).
Ojo mung ngaji syareat bloko....
(Jangan hanya belajar syari'at belaka)
Gus pinter ngdongeng nulis lan moco....
(Hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro ....
(Tapi akhirnya bakal sengsara)
Akeh kang apal Qur;an Haditse....
(Banyak yang hafal al-Qur'an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane...
(Senang mengkafirkan orang lain)
Kafire dewa dak digatekke....
(Sementara kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen Iseh kotor ati akale....
(Jika masih kotor hati dan akalnya)
Gampang kabujuk nafsu angkoro...
(Gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo....
(Dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo.....
(iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto ....
(Maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake....
(Ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane....
(Wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide....
(Untuk mempertebal iman dan tauhid)
Baguse sangu mulyo matine 2x...
(Bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine....
(Yang disebut shaleh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune....
(karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma'rifate....
(Menjalankan tarekat dan ma'rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane....
(Juga hakikat meresap rasanya)
Ah, Gus Dur. Entah sudah berapa kali orang mendengar tembang religinya itu. Entah sudah berapa banyak yang merasakan inspirasi dan tercerahkan karenanya. Yang pasti; orang shaleh sejati seperti dirinya, yang telah berpeluang keharibaan-Nya itu, memang akan selalu demikian: segenap laku baiknya masih menyuluh manfaat bagi siapa pun.
0 comments:
Posting Komentar